Senin, 25 Oktober 2010

My Story Part I


Pandanganmu selalu tertuju padamu. Saat aku sedang menuju ke depan untuk menjelaskan suatu forum diskusi, kau menatapku dengan tajam. Tatapanmu mengingkatkanku pada lelaki yang pernah mengisi hariku dengan keindahan, kau membuat aku jatuh cinta.
Diberinya aku beberapa lembar hasil ketikanku semalam tentang hasil forum diskusi itu. Lalu aku melangkahkan kakiku menuju ke depan yaitu di depan papan tulis dan mukaku yang menatap semua kawan – kawan. Lelaki itu tersenyum, senyumannya membuatku tak bias berbuat apa-apa
“Assalamuallaikumm wr.wb” aku pun memulai hasil diskusi itu dengan mengucapkan salam.
“Waallaikummsallam wr.wb” di jawab lelaki itu dengan keras dan penuh senyuman.
Hal itu membuatku makin tak bias apa-apa. Aku memulainya dengan membaca basmallah dalam hati. Lalu aku pun melanjutkan untuk menerangkan hasil forum diskusi itu. Hal hasil di tengah-tengah penjelasan itu, dia terus menerus menatapku, aku yang sedang memegangt beberapa kertas itu jadi bergoyang karena getaran yang dilakukan oleh tanganku, dan bulu kuduk kakiku yang tiba-tiba merinding.

Selesai membaca hasil forum diskusi

            Aku langsung meminta tanda tangan guruku agar mendapatkan nilai diskusi tersebut. Langkah kakiku yang menuju ke bangku dan mataku yang terus menatap lelaki itu.
Saat aku sampai di bangku, akku langsung keringat dingin. Di dalam hatiku berkata “ Apakah ini pertanda?, ya ALLAH tunjukanlah jalanmu, apabila aku berjodoh dengannya, permudahkanlah hamba dalam mendekati dan didekatinya, dan maafkan aku apabila cintaku padanya melebihi cintaku pada-Mu, tunjukanlah kuasa-Mu?, amin”

Keesokan harinya

            Kabar buruk menghampirikun saat aku baru saja dating ke sekolah, ternyata sahabat dekatku yang bernama Moza menyukai lelaki yang selalu membuatku senang apabila sedang memperhatikannya. Aku mengetahuinya ketika salah satu temannya Moza yag bernama Jenny  berbica :
            “Moz, itu ada Ababil !”
            “Apasih kamu, Jen?” dijawab Moza dengan pelan.
            Disitu aku yang sedang bahagia dan kasmaran langsung drop dan badmood banget. Moza yang sudah mengetahuibahwa aku menyukai Ababil, langsung terdiam dan menatapku dengan penuh ketakutan. Aku lalu menuju kea rah bangku. Saat aku duduk Moza pun terlihat sangat takut sekali kalua aku bakal marah.
            “Moz, kenapa kamu ? kok melihatku seperti itu ?” tanyaku dengan penuh senyuman.
            “Tak ada apa-apa kok,” jawab Moza dengan gugup.

Saat pelajaran Bahasa Sunda

            Aku disuruh membaca pidato oleh gurukuyang bernama bu euis karma aku ga di remedial. Di kelas itu sedikitnya siswa karna sedikitnya siswa karna 30 orang murid pada di remedial. Yang tidak di remedial salahatunya Aku, teman sebangkuku Widy, Moza, Jenny, Ababil, Wiza teman sebangku Ababil, dan sebagainya.
            Saat aku memulainya Ababil menatapku seperti seorang llelaki yang pernah mengisi hari-hariku dengan penuh keindahan.
            “Oh, Ababil kamu sama seperti Iqy” dalam hatiku sebelum aku memulai membaca pidato tersebut.
            Saat aku duduk Ababil tiba-tiba tertawa. Aku langsung membaca message di handphone ku itu
            “hay” tertulis dua kali di layer handphone ku itu.
                        Aku sudah curiga dengan Ababil. Karena Ababil itu oanak laki-laki yang lucu, iseng, jail, jago bermain bola karma cita-citanya ingin jadi pemain bola seperti Ronaldo, juga seorang penyanyi terkenal di daerah sekolahku dan di juga pernah 2 kali melakukan sms nyasar / iseng seperti ini kepadaku.
“Ini siapa?” jawabku untuk sms itu.
Dan bergegasnya aku menuju bangku Ababil yang sedang membalas sms
“Tuh, kan dugaanku benar” Kataku yang mengagetkan Ababil.
“Apa bukan aku ihh!”
“Hahahahaahaaa, dasar kau Ababil, Ababil” jawabku dan langsung menuju bangku ku.
Tatapan Moza yang menunjukan muka kesal, dan cemberut itu padaku.
“ Ababil kenapa, Chika?” Tanya Widy padaku.
“Enggak apa-apa kok, seperti biasa dia ngejailin aku pake nomor barunya, hahahahaa dasar Ababil” jawabku
“adeuh . . . ada yang lagi berbunga – bunga nih” jawab Widy.
“Shuuytt!” telunjuk kananku yang menutupi tangan Widy.
“Kenapa?” Widy bertanya.
“Gak ada apa – apa nanti aku cerita” jawabku.
“okey” jawab Widy.

Istirahat pun tiba.

             Aku menuju kopsisi sekolah untuk membeli seikit cemilan. Saat selesai membayar aku segera berlali ke kelasku karma udara sangat panas sekali. Tiba – ti ba aku tertabrak dengan seorang lelaki dan ternyata dia Ababil.
            “Hei! Dasar kau” marahnya aku padanya karena cemilanku jatuh dan kotor semua.
            “Aduh, Chika maaf banget ga sengaja” jawab Ababil.
Aku pun bergegas berlari ke dalam kelasku. Aku berlari karena niatku untuk menjauhi Ababil demi sahabatku Moza. Ababil pun mengikutiku berlari lalu menyusulku ke dalam kelasku. Dan dia menghampiriku.
            “Aduh Chika maaf banget, suer deh ga di sengaja” berkatanya Ababil padaku sambil menarik nafas karma cape mengejarku.
            “ih yasudah ga apa –apa kali ga usah di pikirin, udah kamu lanjutin main saja sama temanmu itu” jawabku dengan sedikit judes, walaupun aku tek rela melakukannya. Ababil pun keluar dari kelas dengan muka yang cemberut.
“Chika, kamu kenapa? Tumben kasar banget sama Ababil?’ Tanya Widy padaku.
            “emang aku harus seperti apa padanya?”jawabku.
            “Biasanyakan kamu baik banget sama dia” jawab Widy.
            “sini aku mau cerita” jawabku pada Widy.
Aku menceritakan pada Widy bahwa aku mau merelakan Ababil pada Moza Karena, Moza pun mencintai Ababil
                        “Andai saja ada Muslimah pasti ada yang nasehatin kamu” Widy berkata.
            “ emangnya kamu mau ngebohongin perasaan kamu sendiridemi Moza? Belum tentu Ababil menyukainya!” Tanya Widy padaku.
            “Aku piker – piker pasti mustahuil,Wid. Aku bias jadian sama Ababil” Jawabku
            “Kenapa mesti mustahil ! kamu harus optimis dong, Chika. Jangan menyerah beitu saja dong say” Widy menasehatiku.

Bel pulang sekolah

            Aku menunggu ibuku yang tak jua dating menjemputku. Dan Ababil pun menghampiriku.
“Chika, maafin aku ya. Soal makanan yang tadi” Tanya Ababil.
            “Sudahku maafkan! Santai saja okey” jawabku.
            “ ayo ikut aku, sekalian aku mau traktir kamu bakso, nanti pulangnya aku antar kamu pulang,” Tanya Ababil.
            Aku senang sekali mendapatkan tawaran ini. Karma ini yang membuatku bahagia. Aku segera bergegas menelponibuku agar tak usah jadi menjemputku.

Saat makan bakso

            Ababil meminta aku untuk jadi kekasihnya. Karna di sangat mencintaiku. Aku yang tak bisa menolak tawaran itu dan akhirnya aku menerima cintanya Ababil. Tapi aku meminta beberapa syarat dan salah satunya, aku ingin ga boleh ada yang tau tentang hubunngan kita berdua. Dan Ababil mengabulkan permintaanku .
           
Setelah 1 bulan berlalu
           
            Hubunganku semakin membaik dengan Ababil. Dan tidak ada seorang pun yang tau tentang hubungan kami berdua .

(Karya : Ghalibia Marisa Khairunnisa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar